Rabu, 08 Februari 2012

LIST HARGA BUKU BSE BESERTA PENULISNYA

Pentingnya Buku Bagi Masa Depan Anak Bangsa

Mungkin ini yang bisa dijadikan tema besar tentang pentingnya buku untuk dibaca. Artinya bahwa betapa pentingnya buku untuk menata kehidupan, sehingga kalau kita mengabaikan membaca buku, berarti kita juga mengabaikan pengetahuan emas dari buku dalam menata kehidupan itu sendiri. Lewat bukulah kita bisa menembus ruang angkasa yang amat luas. Intinya, bahwa hanya dengan membaca buku, kita akan tahu banyak hal, kita juga bisa tahu banyak tentang relasi esensi alam ini dengan manusia. Semakin banyak buku yang kita baca, maka akan semakin mudah bagi kita untuk “menguasai dunia”.
Tapi sayangnya, membaca buku adalah suatu kebiasaan. Kebiasaan tersebut diawali oleh seringnya melatih diri menjadikan buku sebagai kebutuhan pokoknya. Sebagaimana belajar bahasa, seseorang tidak akan menguasai bahasa kalau tidak dipraktekkan setiap harinya. Rendahnya minat baca generasi penerus bangsa saat ini membuat mereka terpuruk dan tidak terbiasa untuk menganalisa berbagai masalah negara yang semakin ruwet.
Dominasi Internet Membuat Buku Semakin Dilupakan
Ironis sekali, ketika generasi muda saat ini tidak jarang yang tidak memiliki minat baca, terpenting lagi mahasiswa yang ideal adalah mereka yang menggeluti berbagai macam pengetahuan dan salah satunya diperoleh dengan membaca buku. Rupanya mahasiswa saat ini sudah tidak tertarik lagi dengan buku-buku bacaan, meskipun berupa novel maupun cerpen. Mahasiswa saat ini lebih memilih shoping, nongkrong di cafeƩ, dan jalan-jalan daripada membaca buku. Dan ini terjadi karena kehidupan santai dan pola mandiri yang tidak tepat sehingga membuat mahasiswa terlena dengan glamornya kehidupan kampus. Sungguh disayangkan.
Rendahnya minat baca terhadap buku, membuat mahasiswa juga tidak terbiasa membolak-balik media informasi yang lebih penting. Mahasiswa sekarang lebih memilih aktifitas yang minim manfaatnya (fb-an, download lagu, film, dan semacamnya) daripada membaca buku. Dominasi teknologi instan saat ini memang membuat buku semakin dilupakan, akhirnya buku-buku yang ada di perpustakaan pun hanya sekedar menjadi pajangan belaka.
Terkecuali mahasiswa yang ideal. Selain mereka harus melaksanakan tugas kuliah yang meskipun sedikit banyak suka meng-copy hasil kawan ataupun dari internet, -karena memang itulah kebiasaan mahasiswa.  Kebanyakan dari mereka juga aktif di organisasi ekstra kampus yang mau tidak mau harus membaca karena akan “memperbesar rasa malu” mereka sendiri ketika kalah saing terlalu jauh dengan organisasi ekstra yang lain. Maka peran buku di sini menjadi sangat penting.
Kondisi ini tentu sedikit menggembirakan. Dan semoga semangat ini dijadikan inspirasi oleh generasi mudanya pada khususnya, dan mahasiswa yang lain pada umumnya. Rasakan kehadiran buku sebagai jendela untuk kita untuk melihat masa depan, serta jadikanlah keberadaan buku sebagai jembatan untuk kita untuk berusaha menjadi makhluk Tuhan yang mencintai ilmu. Sebab untuk banyak menguasai ilmu, kita harus banyak membaca buku. Dengan sering membaca buku, kita akan menguasai dunia.
Buku Mampu Mengubah Dunia
Buku telah menginspirasi banyak orang besar untuk merubah dunia. Betapa pentingnya buku bagi kehidupan masa depan manusia. Banyak  manusia-manusia hebat karena mereka adalah orang-orang kutu buku. Terbukti di Indonesia tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno adalah orang-orang yang sangat kutu buku. Buku-buku telah mengilhaminya untuk merubah bangsanya menjadi lebih baik. Kelahiran kemerdekaan negeri ini adalah karena pemikiran yang hebat yang telah mengilhami Bung Karno karena wawasan yang luas dari hasil bacaannya.
Bagaimana anda melihat negeri Jepang yang pada perang dunia hancur lebur namun dalam sekejab menjadi raksasa ekonomi dunia. Ternyata rakyat Jepang adalah orang-orang yang gila ilmu pengetahuan. Perpustakaan-perpustakaan hampir di semua daerah bermunculan. Buku telah menginspirasi masyarakat Jepang menjadi negara maju. Yang menarik untuk dicermati dalam hal ini adalah Jepang yang sebelumnya hanya sebuah bangsa yang terisolir dari dunia luar, kini mampu tampil menjadi salah satu peradaban cemerlang.
Lepas dari itu semua, bahwa yang terpenting adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai dan keterbukaan jiwa untuk menerima bahwa membaca sebagai hal yang menyenangkan. Sebelum melaksanakan aktifitas yang akan sesuai dengan tujuan, memang harus menanamkan nilai-nilai yang ada sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa. Amirotur Rohmah, Pengurus Rayon.

Pentingnya Buku Dalam Kehidupan

Bangsa Indonesia sampai saat ini masih dihadang oleh dua pilihan, antara mempertahankan tradisi (lisan) dengan menjawab tuntutan informasi, yang berarti harus banyak membaca. Pergumulan yang terjadi sejak 32 tahun lalu itu bisa dikatakan sampai sekarang belum juga selesai, sehingga kebiasaan kita masih didominasi tradisi percakapan panjang dan sedikit membaca. Kondisi demikian ini mengharuskan masyarakat untuk membudayakan membaca dari pada bertutur kata yang cenderung lebih mengandalkan emosional dan fisik.
Ide adanya Hari Buku datang dari masyarakat perbukuan guna memacu minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus menaikkan penjualan buku. Semestinya kita perlu mewujudkan agar peringatan Hari Buku itu dapat semeriah hari-hari istimewa yang lain, mengingat pentingnya buku dalam kehidupan ini. Yaitu buku laksana jendela dunia. Dengan buku dapat melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Jangan sampai perayaan hari-hari penting sekelas hari buku dikalahkan oleh kebiasaan yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa Indonesia seperti halnya Valentine’s Day misalnya. Kalau hari-hari besar tertentu biasa dilakukan dengan memberikan sesuatu kepada orang yang disayangi dan memang berhak menerimanya. Misalnya banyak umat Islam memberikan daging ternak di Hari Idul Adha, memberikan beras, uang di Hari Raya Idul Fitri. Di hari besar yang lain juga ada yang memberikan serangkai kado sebagai wujud kasih sayang. Termasuk di hari Valentine’s Day, yaitu yang banyak remaja yang memberikan bunga atau sekedar coklat kepada orang lain sebagai wujud rasa kasih sayang kepada pihak lain tersebut.
Namun bagaimana pada hari buku 17 Mei itu, kalau kita juga memberi sebuah buku kepada orang lain dengan harapan dapat dibaca guna menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang patut mendapat kasih sayang dari kita.  Sasaran yang dapat kita beri tentu dapat begitu banyak, terlebih adalah para pelajar / mahasiswa yang mendambakan buku tertentu namun terhalang oleh kemampuan atau kondisi ekonominya sehingga tertunda untuk memiliki buku yang dibutuhkan.
Bisa jadi kita juga menyadari, membuat masyarakat gemar membaca memang begitu sulit dilakukan walaupun mungkin mudah untuk digembar-gembarkan, terutama kepada generasi muda kita yang terlanjur didominasi sistem komunikasi lisan dan pirsa. Dan sedikit media membaca dalam bentu lembaran buku. Tetapi, karena strategisnya fungsi membaca, mendorong kita untuk mengajak manusia Indonesia yang berada di sekitar kita agar lebih gemar membaca karena membaca memamg sangat dibutuhkan dalam kehidupoan ini. Selain mengetahui perkembangan termodern, dengan membaca buku kita juga bisa memperhitungkan kondisi masa depan.
Begitu banyak buku yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan  secara umum buku yang diterima panitia tampak semarak dengan ragam jenis mulai dari fiksi realistik (termasuk seri lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, seri budi pekerti, seri anak beriman), biografi, petualangan, bacaan bergambar, buku bacaan dwi-bahasa, hingga cerita misteri dalam bahasa asing.
Materi yang tersaji, dari segi penanganan fisik, bentuk buku yang masuk makin meriah. Misalnya dengan warna, ilustrasi, jenis kertas kulit atau pengemasan. Lebih khusus, pada sastra anak, dari sudut desain, grafis dan ilustrsi ditemukan kualitas beragam dengan penggayaan estetika lebih berani. Akan tetapi, pada sastra remaja, seringkali masih pada kondisi biasa-biasa saja bahkan dapat dikatakan tak ada kemajuan kualitas perwajahan kulit dan cetakan yang asal wah, namun isi halaman buku tadi digarap secara serius.
Ditinjau dari isi, walau tema baik, tetapi halangan terbesar yang ditemukan seringkali adalah berupa bahasa. Kalimat-kalimat yang kaku dan steril dengan kosa kata terbatas menjadi gambaran buku umum yang ada . Di samping itu juda adanya kelemahan dalam penanganan alat sastra. Untuk itu kita perlu mengenbangkan keberadaan buku itu dalam kehidupan bermasyarakat. Sumber : Majalah Gema Bersemi Edisi 02 Tahun 2011

PENTINGNYA BUKU BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER

Anak-anak kita adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
Ada 3 aspek yang  harus  mampu kita persiapkan bagi generasi Indonesia yang kuat melalui mengasuh, membimbing dan menyediakan perlindungan, mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Dan buku merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu pembentukan hal tersebut. Kala kita kecil dulu orang tua kita sering memberikan buku-buku cerita anak-anak yang isi halamannya tipis, tulisannya sedikit, sederhana dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Hal terpenting selain itu semua adalah gambar-gambarnya yang menarik dan memancing imajinasi, sehingga anak-anak terpancing untuk membaca dan mengetahui isi bukunya
Namun sayangnya minat baca anak-anak Indonesia kini dinilai  rendah, bahkan di kalangan mahasiswa dan pelajar pun masih dianggap belum menggembirakan. Membaca di kalangan masyarakat, khususnya pelajar agaknya belum menjadi kebutuhan pemuas diri yang sangat penting sebagaimana kebutuhan lain seperti makanan ataupun sandang. Gairah besar untuk melahap bacaan-bacaan apapun yang bermanfaat bagi pemahaman diri tentang sesuatu, mengetahui nilai-nilai, serta meluasnya wawasan kiranya belum dimiliki. Mereka hanya membaca buku-buku pelajaran yang memang diwajibkan atau yang termasuk mata kuliah/pelajaran. Jarang diantara mereka yang membaca buku-buku bacaan, baik yang masih berkait dengan studinya maupun yang bersifat pengetahuan umum. Hal ini tentunya berpengarus terhadap kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.
Dugaan ini tidak begitu meleset, terbukti Human Development Index (HDI), secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposisi dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara (Kompas, 2004).
Dari mana kita mulai membiasakan mencintai buku-buku, tentunya dari sejak usia dini ketika seseorang sudah bisa baca tulis, baik di rumah maupun di sekolah. Usia sekolah Dasar merupakan fondamen untuk menanamkan cinta baaca bagi anak-anak, selain secara psikologis pun masa-masa itu memiliki rasa keingintahuan yang cukup membuncah terhadap sesuatu, lebih-lebih ang memang diminati.
Anak-anak yang gemar membaca juga akan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Itulah pentingnya perpustakaan sekolah dan mampu membangkitkan kegairahan anak-anak sekolah rajin membaca buku-buku. Bila anak-anak sudah bisa merasakan betapa asyiknya menikmati buku-buku bacaan yagn disukai, kelak pasti ia tetap akan memiliki kegemaran membaca. Jika tak mampu  membeli buku, mungkin akan tetap berupaya mencarinya keperpustakaan–keperpustakaan.
Sebenarnya memang tidak mudah membangkitkan kegairahan anak-anak pada buku-buku bacaan. Apalagi sekarang , dunia hiburan begitu dekat dengan lingkungan anak-anak, seperti televisi  yang menawarkan berbagi corak tayangan. Namun, pemerhati dunia anak terutama kalangan pendidik, memandang tetap ada pintu yang bisa mengarahkan anak-anak pada kegemaran membaca. Adanya perpustakan sekolah memang merupakan khasanah sumber cinta bacaan bagi anak-anak, tetapi lingkungan keluarga juga tak kalah penting. Pada keluarga yang membiasakan diri dengan buku-buku bacaan dirumah, baik buku cerita, sejarah, biografi maupun  buku-buku seni dirumah, maka cepat atau lambat anak-anak pun akan terbawa untuk turut membaca buku-buku tersebut. Maka melalui keteladanan biasanya akan lebih mempan bisa dilakukan anak-anak ketimbang sekian ribu anjuran ataupun imbauan agar anak-anak gemar membaca.
Guna membangkitkan dan mengembangkan gairah baca dikalangan anak-anak, tentunya di sekolah-sekolah disediakan ruang perpustakaan yang memadai serta buku-buku bacaan yang lengkap pula. Namun, ternyata tidak semua sekolah memiliki ruang perpustakaan. Sebenarnya  minat baca anak-anak itu cuku besar. Hanya bagaimana upaya kita ikut membantu menyediakan ruang perpustakaan gratis beserta isinya.

Kesimpulan:
Pada intinya buku-buku seperti buku tentang agama, dongeng yang mempunyai nilai kemanusiaan, biografi tokoh-tokoh terkenal dan sebagainya merupakan kebutuhan wajib dari anak Indonesia demi mengasah emosi dan membangun kecerdasan intelektual serta spiritual. Tingkat kegemaran membaca juga mempengaruhi Sumber Daya Manusia masyarakat Indonesia. Namun kendala yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas pendukung seperti perpustakaan gratis, perputakaan keliling, buku-buku untuk  anak-anak dan sebagainya.

Solusi:
Pentingnya peran swasta sebagai fasilitator pendidikan yang menyediakan atau menyumbangkan buku-buku dan perpustakaan gratis bagi anak-anak. Karena selama ini dana pihak swasta lebih banyak habis dibidang kegiatan  promosi produknya. Selain itu peran pemerintah dan keluarga juga mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan minat baca  anak-anak Indonesia.