Rabu, 08 Februari 2012

Pentingnya Buku Dalam Kehidupan

Bangsa Indonesia sampai saat ini masih dihadang oleh dua pilihan, antara mempertahankan tradisi (lisan) dengan menjawab tuntutan informasi, yang berarti harus banyak membaca. Pergumulan yang terjadi sejak 32 tahun lalu itu bisa dikatakan sampai sekarang belum juga selesai, sehingga kebiasaan kita masih didominasi tradisi percakapan panjang dan sedikit membaca. Kondisi demikian ini mengharuskan masyarakat untuk membudayakan membaca dari pada bertutur kata yang cenderung lebih mengandalkan emosional dan fisik.
Ide adanya Hari Buku datang dari masyarakat perbukuan guna memacu minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus menaikkan penjualan buku. Semestinya kita perlu mewujudkan agar peringatan Hari Buku itu dapat semeriah hari-hari istimewa yang lain, mengingat pentingnya buku dalam kehidupan ini. Yaitu buku laksana jendela dunia. Dengan buku dapat melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini. Jangan sampai perayaan hari-hari penting sekelas hari buku dikalahkan oleh kebiasaan yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa Indonesia seperti halnya Valentine’s Day misalnya. Kalau hari-hari besar tertentu biasa dilakukan dengan memberikan sesuatu kepada orang yang disayangi dan memang berhak menerimanya. Misalnya banyak umat Islam memberikan daging ternak di Hari Idul Adha, memberikan beras, uang di Hari Raya Idul Fitri. Di hari besar yang lain juga ada yang memberikan serangkai kado sebagai wujud kasih sayang. Termasuk di hari Valentine’s Day, yaitu yang banyak remaja yang memberikan bunga atau sekedar coklat kepada orang lain sebagai wujud rasa kasih sayang kepada pihak lain tersebut.
Namun bagaimana pada hari buku 17 Mei itu, kalau kita juga memberi sebuah buku kepada orang lain dengan harapan dapat dibaca guna menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang patut mendapat kasih sayang dari kita.  Sasaran yang dapat kita beri tentu dapat begitu banyak, terlebih adalah para pelajar / mahasiswa yang mendambakan buku tertentu namun terhalang oleh kemampuan atau kondisi ekonominya sehingga tertunda untuk memiliki buku yang dibutuhkan.
Bisa jadi kita juga menyadari, membuat masyarakat gemar membaca memang begitu sulit dilakukan walaupun mungkin mudah untuk digembar-gembarkan, terutama kepada generasi muda kita yang terlanjur didominasi sistem komunikasi lisan dan pirsa. Dan sedikit media membaca dalam bentu lembaran buku. Tetapi, karena strategisnya fungsi membaca, mendorong kita untuk mengajak manusia Indonesia yang berada di sekitar kita agar lebih gemar membaca karena membaca memamg sangat dibutuhkan dalam kehidupoan ini. Selain mengetahui perkembangan termodern, dengan membaca buku kita juga bisa memperhitungkan kondisi masa depan.
Begitu banyak buku yang dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan  secara umum buku yang diterima panitia tampak semarak dengan ragam jenis mulai dari fiksi realistik (termasuk seri lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati, seri budi pekerti, seri anak beriman), biografi, petualangan, bacaan bergambar, buku bacaan dwi-bahasa, hingga cerita misteri dalam bahasa asing.
Materi yang tersaji, dari segi penanganan fisik, bentuk buku yang masuk makin meriah. Misalnya dengan warna, ilustrasi, jenis kertas kulit atau pengemasan. Lebih khusus, pada sastra anak, dari sudut desain, grafis dan ilustrsi ditemukan kualitas beragam dengan penggayaan estetika lebih berani. Akan tetapi, pada sastra remaja, seringkali masih pada kondisi biasa-biasa saja bahkan dapat dikatakan tak ada kemajuan kualitas perwajahan kulit dan cetakan yang asal wah, namun isi halaman buku tadi digarap secara serius.
Ditinjau dari isi, walau tema baik, tetapi halangan terbesar yang ditemukan seringkali adalah berupa bahasa. Kalimat-kalimat yang kaku dan steril dengan kosa kata terbatas menjadi gambaran buku umum yang ada . Di samping itu juda adanya kelemahan dalam penanganan alat sastra. Untuk itu kita perlu mengenbangkan keberadaan buku itu dalam kehidupan bermasyarakat. Sumber : Majalah Gema Bersemi Edisi 02 Tahun 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar